Jumat, 14 Januari 2011

Ilmu Ikhlas


oleh Ami Windiarti pada 20 Maret 2010 jam 9:56
12 Maret 2010, 14.00 WIB


  Seorang laki-laki tua bercerita banyak padaku mengenai perjalanan hidupnya yang penuh liku… tak pernah aku mengira sebelumnya aku akan bertemu dengan beliau, kemudian ku dapatkan pelajaran yang amat berarti dalam hidupku ….

Pria separuh baya itu kelihatan kusam dari luar….ia sapa aku dengan hangat… menebarkan senyum hangat tulus dari bibir coklatnya. Ku balas dengan senyuman dan kudekati pria itu…sembari ku berpikir apakah sebelumnya aku pernah bertemu dengannya…

Kakek itu memulai perbincangan kami dengan menanyakan sekolah ku saat ini….meski ku yakin, kakek itu sebenarnya tahu bahwa aku ini sekolah di kebidanan…ku tetap menjawab pertanyaan sederhana kakek itu…
Dari situlah kakek bercerita tentang pengalamannya dahulu menjadi seorang supir pribadi dokter…..
Kakek bilang, pekerjaan ku ini nantinya akan sangat mulia, tetapi banyak juga yang berubah menjadi hina oleh karena nafsu dunia, dan sikap tidak bijaksana.
Ku kerutkan dahi, dan kutanyakan kembali kepada kakek, apa maksud tidak bijaksana seperti yang dijelaskan kakek tadi?
Kakek menjawab dengan sedikit senyum renyah dari sudut bibirnya, ” Banyak orang yang tidak bijaksana terhadap waktu, nak....Sepertinya mereka pikir bahwa waktu itu akan kembali…mereka melakukan segala sesuatu demi apa yang ingin mereka kejar saat ini, meluangkan banyak waktu untuk hal yang tidak bermanfaat…tidak ingat janji mereka dahulu ketika berjanji akan mengabdikan diri untuk masyarakat…”
“ Kamu tahu nak, kenapa mereka seperti itu? Karena mereka tidak memiliki satu kunci ...kunci yang membuka gerbang kebahagiaan....kesejahteraan...kesuksesan....bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk semua yang ada disekelilingnya...”lanjut kakek.
” Kunci apa itu,Kek?” tanya ku.
” Kunci ikhlas, nak... yakin, kalau inilah ilmu pokok yang harus dimiliki oleh profesi-profesi sepertimu nantinya, Kakek sangat bangga pada mereka yang memiliki ilmu ikhlas...bekerja dengan penuh ketulusan...”
” Ikhlas itu sulit,Kek? dan begitu sulit menterjemahkan ikhlas itu sendiri...”
” Tidak sulit, bila kamu mau melakukannya untuk Allah...cukup untuk Dia saja...”
” Begitu, Kek?”
” Ya, nak... belajarlah...kakek yakin, kamu bisa...”
Beberapa menit berselang, kakek mohon pamit padaku....sudah saatnya kakek untuk turun dari angdes. Ku tanyakan, tujuan kakek berhenti di Margono..., menjenguk seorang rekan, katanya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar